Hari santri yang sudah
beberapa tahun ini diperingati di Indonesia memunculkan euforia tersendiri para pelajar. Di Kota Malang, semua sekolah
memperingati hari santri yang jatuh setiap 22 Oktober, tidak terkecuali di SMP
Negeri 14 Malang. Peringatan ini diselenggarakan dengan penuh antusias oleh
seluruh warga sekolah, baik siswa, guru, karyawan, dan para penjual makanan di
kantin. Antusiasme ini terlihat dari berjalanannya instruksi dari Bapak Kepala
Sekolah untuk menggunakan busana yang lazim dikenakan oleh santri, seperti
bersarung dan bersongkok bagi lelaki, dan berjilbab bagi perempuan.
Peringatan hari santri yang begitu
meriah memunculkan kesan pada hari tersebut SMP Negeri 14 Malang lebih nampak
seperti Madrasah, bukan seperti sekolah pada hari biasanya. Hal ini karena
nuansa islami yang terpampang jelas melalui busana yang dikenakan. Kegiatan
diawali dengan pelajaran bersama seperti biasa, namun ditengah pelajaran
sekitar pukul 8 pagi, siswa diinstruksikan untuk berkumpul di lapangan basket
guna melaksanakan apel. Seluruh siswa yang berkumpul dibariskan sesuai dengan
tingkat dan kelas masing-masing. Dengan baris yang menghadap ke selatan,
barisan diawali dari deret sebelah kiri lapangan. Dimulai dari kelas 9.1 hingga
9 terbuka, lalu dilanjutkan kelas 8.1 hingga 8 Terbuka, dan dilanjutkan kelas
7.1 hingga 7.8.
Setelah seluruh siswa berbaris
dengan rapi dan tertib maka kegiatan apel dapat dilaksanakan. Siswa kelas 9
yang bernama M. Rio Ferdinand bertugas sebagai pemimpin apel dibantu dengan
rekan paskibra lainnya. Kegiatan apel berlangsung khidmat walaupun terik
matahari cukup terasa menyengat. Apel peringatan hari santri ini diisi oleh
Ustadz Machmud Solecha selaku pembina apel. Dalam nasihatnya, beliau menghimbau
kepada seluruh warga sekolah untuk senantiasa menjaga semangat pendidikan,
layaknya santri yang berguru kepada kyai di pondok pesantren. Masih menurut
beliau, sebenarnya hakikat pelajar dan santri adalah sama-sama menuntut ilmu,
maka harusnya kita sebagai pelajar harus lebih tawadhu’ dalam perjuangan memperoleh ilmu di sekolah. Belajar
layaknya santri tidak hanya sebatas pada cara memperoleh ilmu, akan tetapi juga
kekompakan terhadap sesama siswa yang harus lebih solid. Kesolidan ini
diupayakan agar jaringan pertemanan antar siswa lebih akrab dan unsur
persaudaraannya lebih terjalin kuat. Upaya mempererat tali persaudaraan dapat
dilakukan dengan cara makan bekal bersama saat jam istirahat. Dengan makan
bekal bersama, maka kita dapat saling berbagi atau minimal saling nyicipi makanan yang dibawakan oleh
masing-masing orang tua siswa.
Dengan peringatan hari santri,
diharapkan kepada seluruh warga sekolah untuk dapat mendalami makna
pembelajaran yang identik dengan santri. Kegiatan belajar-mengajar harus lebih
dioptimalkan karena belajar adalah salah satu wujud untuk berbakti kepada bangsa
dan negara. Hal ini senada dengan pesan K.H. Hasyim Asyari yang berbunyi Hubbul Wathon Minal Iman yang artinya
Cinta Negara Merupakan Salah Satu Wujud Iman. Dari pesan salah satu tokoh
bangsa ini, maka wajib bagi kita selaku pelajar untuk mengamalkan pesan
tersebut dengan cara menjadi pelajar yang handal dengan artian pelajar yang
belajar dengan penuh kesungguhan.