Pandemi Global, Warga Sekolah Upacara Kemerdekan KE-75 RI Virtual
Merdeka . . . Merdeka . . . Merdeka . . . kata yang sakti mandraguna melebihi kharisma mantra ajian rawa rontek yang dimiliki Sembara untuk mengalahkan Mak Lampir dalam serial Misteri Gunung Merapi. Merdeka . . . Merdeka . . . Merdeka . . . satu kata berjuta makna. Merdeka secara harfiah memiliki arti kebebasan. Bebas dari jajahan bangsa asing, bebas dari untuk memiliki kedaulatan Negara baik dari Sabang sampai Merauke, bebas menjalankan roda pemerintahan, bebas menikmati kekayaan yang terdapat di tanah maupun yang tersimpan dalam lautan, bebas la la la, bebas li li li, bebas lu lu lu, bebas, bebas, dan bebas.
Tepat 75 tahun Indonesia terbebas dari jajahan bangsa-bangsa asing. Dalam buku sejarah, dijelaskan jika Indonesia telah dijajah Belanda selama 350 tahun dan Jepang selama 3,5 tahun. Apakah hanya kedua Negara tersebut saja yang menjajah Indonesia? Bagaimana dengan Portugis yang sempat berjibaku di wilayah Indonesia timur untuk menguras habis hasil bumi berupa rempah-rempah? Apakah itu bukan juga penjajahan?. Sudah cukup, silakan cari tahu jawabannya di buku sejarah ataupun bertanya kepada guru sejarah di sekolah kalian.
Kemerdekaan Indonesia yang ke-75 bertepatan dengan merajalelanya Covid-19 yang dinyatakan sebagai Pandemi Global yaitu pandemi yang menjangkiti seluruh belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Seluruh aktivitas pada masa pandemi ini mengalami pergeseran. Jika sebelumnya, sosialisasi atau terjun bergumul dengan khalayak ramai adalah suatu kebaikan, sementara hal tersebut dilarang dengan dalih penerapan social distancing (pembatasan diri secara sosial/ menghindari keramaian). Penerapan ini bertujuan untuk mencegah cluster baru dalam penyebaran virus yang menular melalui droplet (cairan ludah) yang terjadi akibat kontak langsung dengan penderitanya.
Pembatasan social distancing yang berlaku di Indonesia juga berdampak pada kehidupan warga sekolahnya. Kegiatan belajar-mengajar diliburkan sejak awal Maret hingga saat ini. Perayaan kemerdekaan pun terkena imbas. Team Paskibra SMP Negeri 14 Malang yang dibina oleh Bapak Dimas Wicaksono tidak jadi show off untuk menampilkan hasil latihannya selama sebelum pandemi. Keterbatasan sosial akibat dari pandemi global memunculkan satu gaya baru agar tetap dapat merayakan hari jadi Indonesia yang ke-75. Upacara virtual menjadi pilihan bijak bagi seluruh pihak untuk mempertahankan dan menjaga kedaulatan nasionalisme di dalam jiwa.
Nasionalisme dijunjung tinggi oleh seluruh warga Indonesia, termasuk warga Esplas. Pada kesempatan upacara kali ini, seluruh warga sekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun wali siswa semuanya melakukan upacara virtual di rumah masing-masing. Dengan mengenakan pakaian Korpri bagi guru, seragam putih biru bagi siswa, dan seragam dinas harian bagi karyawan, semuanya mengikuti upacara virtual dengan khidmat yang dibuktikan dengan unggahan foto yang kirim ke grup kelas masing-masing.
Upacara yang dimulai pukul 9.42 WIB diawali dengan terompet pertama sebagai tanda persiapan dimulainya upacara. Adapun selanjutnya upacara tersusun sesuai dengan protokol untuk memperingati hari kemerdekaan. Dalam prakteknya, semua warga sekolah mengikuti mulai awal hingga akhir. Penghormatan bendera menjadi objek dokumentasi paling digemari karena unggahan foto yang hampir 100% menampilkan saat penghormatan.
Nasionalisme tidak terbatas oleh waktu, biarpun Indonesia telah lama euforia dalam arti merdeka. Nasionalisme tidak terbatas tempat, walaupun saat pandemi harus tetap khidmat. Nasionalisme tidak terbatas keadaan, meskipun tidak bertatap muka tetapi tetap melaksanakan sepenuh jiwa. Kita sebagai generasi pembangun dan penerus bangsa, wajib adanya menanamkan dan menerapkan jiwa nasionalisme dalam falsafah hidup bernegara.
Bapak/Ibu guru dan karyawan melakukan penghormatan bendera pada Peringatan ke-75 Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka Jakarta.
Siswa-siswi melakukan penghormatan bendera pada Peringatan ke-75 Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka Jakarta.
Artikel : Hatake Anggoro
Editor : Admin SMPN 14 Malang
Bagikan Artikel Ini Di